Langsung ke konten utama

Reprise



I'm a liability
I'm a liability
Much for me
You're a little much for me, no no no no...
Whatcha gonna do?

All of the dreams that get harder
All of the things that I offer you
And... and all of the shit that we harbour
Make all of the kids in the choirs sing woo-hoo-hoo

Maybe all this is the party
Maybe the tears and the highs we breathe, oh no
Maybe all this is the party
Maybe we just do it violently

But you're not what you thought you were
But you're not what you thought you were
(liability)
But you're not what you thought you were
(make you...)
But you're not what you thought you were
(...leave)

Untuk kalian yang merasa bahwa diri kalian adalah sumber masalah atau sebuah kesalahan karena orang-orang menjauhi atau gak bisa memahami kalian, jangan lagi berpikir demikian. Kadang kita terlalu keras sama diri kita sendiri sampai kita terus menerus menyalahkan diri kita sendiri padahal kita melakukan hal baik. You’re special. You just do it to the wrong person or people.

Terkadang, ada saat-saat dimana kalian berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan hal baik untuk orang yang kalian perdulikan, namun lucunya malah rasa sakit yang kalian dapat. Ditinggalkan, dikhianati, dibenci, disakiti, dijauhi, ditindas, dimanfaatkan, tidak dihargai dan lainnya akan kalian rasakan jika kalian melakukan hal-hal baik itu ke orang yang salah.

Orang yang salah tadi akan selalu membuat kalian menjadi pihak yang bersalah, tak cukup baik atau bahkan jahat. Entah apa yang salah sama mereka, tapi percayalah mereka memang hanya bisa membuat kalian merasa gak berharga atau gagal.

Pengalaman ini juga sering saya alami. Dulu dan terkadang, saya masih naïf untuk terlalu perduli kepada orang-orang yang justru tidak bisa menghargai saya dan pengorbanan yang saya lakukan untuk mereka. Salah satu contohnya dalam bidang pendidikan. Selama berkontribusi dalam bidang yang saya geluti ini, sering kali saya mengalami hal-hal yang tidak sepadan bahkan buruk ketika saya melakukan hal terbaik yang saya bisa untuk membantu orang.

Sikap orang-orang yang tidak kooperatif, tidak apresiatif, egois dan tidak pengertian ini mirisnya mendorong saya untuk berpikir bahwa saya adalah penyebab atas semua kekacauan dan perilaku tidak menyenangkan yang saya alami. Ironic, isn’t it? Saya membiarkan orang lain menzalimi saya ditambah lagi saya membiarkan diri saya sendiri untuk ikut menzalimi saya lebih jauh lagi.

Tentu saja introspeksi tidak salah. Saya suka dan seringkali introspeksi diri. Namun, introspeksi dan terlalu keras terhadap diri sendiri itu hal yang berbeda. Seperti yang dipoin awal tadi saya sebutkan, kita tidak boleh terlalu keras dalam menghakimi diri kita sendiri. Kita tidak bisa mengorbankan self-esteem kita hanya karena kesalahan orang-orang yang salah.

Kita bukanlah sumber masalah jika kita tidak melakukan kesalahan. Kita berbuat baik. Kita berusaha sebisa mungkin untuk membantu mereka. Itu sudah cukup membanggakan. Kita sudah melakukan hal yang baik dan kita patut mengapresiasi diri kita.

Jadi, jangan pernah lagi merasa bahwa kita adalah sebuah kegagalan. We’re not a failure. We don’t fail in saving them. They are the ones who fail at saving themselves and seeing our goodness. We need to embrace ourselves.

Semakin berjalannya waktu, saya semakin dewasa dalam menyikapi hal-hal ini. Saya lama-lama belajar bahwa memang ada orang-orang yang tidak ingin ditolong atau diperdulikan. Saya pun belajar bahwa terkadang, memang kesalahan ada diorang lain dan bukan saya.

Beruntung, saya punya pria luar biasa yang selalu jadi pengingat dan penasehat terbaik saya hahahaha. Dan saya yakinkan bahwa siapapun harus bisa berhenti menyalahkan diri terlalu keras jika tidak berbuat kesalahan. You need to value yourself. So, appreciate yourself and don’t let others to let you down.

Postingan ini saya buat sebagai reminder buat diri sendiri bahwa saya bukanlah sumber kegagalan atau kesalahan. Supaya kedepannya, saya ingat bahwa saya gak boleh lagi jatuh kelubang kenaifan berkali-kali (As my man said ^^ #proudgf). So, you’re not the liability, guys. Love yourself.

Anyway, tulisan diawal postingan ini adalah lirik lagunya Lorde yang judulnya Liability (Reprise), lagu ini bener-bener menggambarkan inner thoughts people yang berproses dalam penerimaan diri. Sebelum lagu ini, ada lagu Liability yang ibaratnya previous sequelnya. Kayak film? Iya Lorde emang kreatif bikin lagu. Jadi ada lagu yang seolah terkait satu sama lain. Di lagu sebelumnya, Lorde berkisah tentang penerimaan diri juga. Nih kalo kepo, bisa baca disini.

Nah kalo lagu sebelumnya ngisahin tentang penerimaan diri serta suka dukanya ngerasa dijauhin dan ditinggalin orang-orang, lagu Liability (Reprise) ini lebih ke arah penerimaan diri yang bersifat empowerment dan encouragement. Ngajak kita bangkit buat melihat diri kita lebih baik lagi. Diliat dari liriknya, dia kayak bersenandika sama dirinya sendiri (self-talking dalam batin). Dipart awal even dia masih suka kepikiran bahwa dia adalah sumber masalah, diending dia bisa meyakinkan dirinya bahwa dia gak kayak yang selama ini dia tuduhkan.

So, that’s all the post about. See you on the next post. Until then, bear this in mind:

But you’re not what you thought you were. You’re not a liability.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Novel Sherlock Holmes: Penelusuran Benang Merah

  Sumber: www.spin.atomicobject.com Identitas Buku Judul buku       : Sherlock Holmes: Penelusuran Benang Merah Judul Asli         : Sherlock Holmes: A Study in Scarlet Kategori           : Novel Terjemahan Pengarang        : Sir Arthur Conan Doyle Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama Genre               : Fiksi Detektif Sinopsis Novel Berlatar pada abad 19, Dr. John Watson, seorang dokter yang merupakan pensiunan tenaga medis angkatan darat, mulai menjalani kehidupan barunya di kota London. Berawal dari kebutuhannya untuk berbagi tempat tinggal, dia akhirnya bertemu dengan seorang teman misterius yang kelak menjadi sahabat baiknya. Sherlock Holmes, laki-laki dengan kepribadian yang sangat ekstentrik, aneh, dan luar biasa cerdas ini telah membuat Dr. Watson sangat penasaran. Holmes ternyata berprofesi sebagai seorang detektif konsultan. Sang detektif yang piawai memainkan biola ini merupakan detektif yang luar biasa cerdas dalam mengungkap be

"One"

  Tell me that you turned down the man Who asked for your hand 'Cause you're waiting for me Itulah sepenggal lirik lagu One ciptaan salah satu musisi favorit saya, Ed Sheeran. Penggalan lirik itu adalah kalimat favorit sata dalam lagu ini. Entah bagaimana, lirik pembuka lagu ini membuat saya jatuh cinta. Terasa sangat personal mungkin. Dulu, ketika mendengar lagu ini untuk pertama kalinya, saya berpikir akankah ada seorang pria yang benar-benar merasa seperti ini terhadap saya? Saya pernah berpikir bahwa saya tak mampu membahagiakan pria manapun, bahwa saya terlalu “freak” untuk siapapun pasangan saya nanti. Bahwa saya menerima jika saya memang ditakdirkan sendirian. And I know, you're gonna be away a while But I've got no plans at all to leave And would you take away my hopes and dreams and just stay with me? Masuk kelirik tersebut. Saya sudah lama menyadari bahwa kesendirian sama sekali tak menganggu saya. Meskipun saya hidup sendirian, gak menutu